Banjarbaru, BeritaBanjarbaru.com – Kepedulian Hj Erna Lisa Halaby terhadap pentingnya pendidikan agama terutama pendidikan Al-Quran terhadap usia dini sudah lama di lakunyaNya.
Hal ini bermula ketika diriNya melihat anak – anak sedang bermain yang tinggal di sekitar Sofia Residence, sebuah kompleks perumahan bergaya kluster di Jalan Raya Intan, Kelurahan Loktabat Utara, Banjarbaru Utara, Kota Banjarbaru.
Banyak anak warga sekitar Sofia Residence yang kurang mampu namun belum mengenyam pendidikan Al-Quran hingga membuat Hj. Erna Lisa Halaby terenyuh hati untuk mengajak anak warga sekitar untuk bisa belajar membaca Al-Quran.Utamanya dari kalangan keluarga tidak mampu dan memiliki anak usia sekolah dasar.
Hj Erna Lisa Halaby atau biasa du sapa Lisa Halaby, perempuan kelahiran 11 September 1999 ini dengan begitu uletnya, menyampaikan keinginannya, kepada orang tua anak-anak.
“Lisa menyampaikan kepada para orangtua mengijinkan anak-anaknya belajar membaca Al-Qur’an di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Halaby yang ia dirikan, di bawah naungan Yayasan Abdul Aziz Halaby. Tempatnya di mushalla yang ada di Kompleks Sofia Residence,dan, belajar di TPQ Halaby tidak dipungut biaya, alias gratis.
Ajakan Lisa Halaby bak gayung bersambut, dengan di sambut gembira para orang di kawasan tersebut, ujar Lisa Halaby.
“Pertama kali ada sekitar 10 hingga 15 anak yang belajar mengaji di TPQ Halaby, di tahun 2017,” kata Lisa Halaby dengan penuh hari menceritakan saat wawancara dikediamannya di Kompleks Bumi Cahaya Bintang, Sungai Besar, Banjarbaru.
Bahkan proses mengajar dimulai berjalan dengan jumlah santri hanya belasan serta tiga orang pengajar disiapkan untuk mentransfer ilmu baca dan tulis Al-Qur’an kala itu. Begitu pula sarana pendukung proses pembelajaran, termasuk seragam, buku, dan iqra.
“Seiring waktu kabar keberadaan TPQ Halaby yang menyelanggarakan pembelajaran baca dan tulis Al-Qur’an gratis, lantas cepat menyebar, hingga kian banyak orangtua yang datang untuk menyekolahkan anak-anaknya “Ucap Lisa Halaby.
Dari yang semula yang hanya belasan, menjadi puluhan, bahkan hingga ratusan peserta didik. Mushala yang semula digunakan untuk pembelajaran, tak lagi mampu menampung jumlah santri yang terus bertambah.
Untungnya segera ada solusi. Tiga rumah tipe kluster milik keluarga Abdul Aziz Halaby yang berada tak jauh dari mushala, segera dialihfungi sebagai wadah belajar para santri.
“Saya dan saudara-saudara berembug. Akhirnya diputuskan menggunakan tiga unit yang memang tidak terpakai tersebut sebagai tempat belajar anak-anak,” ujar Lisa Halaby.
Di TPQ Halaby jumlah santri hingga kini sebanyak 570 santri. Dan jumlah tersebut telah melampaui kapasitas tampung tiga unit rumah.Bahkan hingga saat ini banyak daftar tunggu santri yang ingin masuk ke TPQ Halaby.
keinginan para orangtua menyekolahkan anaknya di TPQ Halaby tak mungkin serta merta ditolak.
“Kami masukkan ke dalam daftar tunggu hingga ada santri yang naik jilid dan wisuda,” ujar Lisa.
Dari pengajar yang dulunya cuma 3 orang, sampai saat ini jumlah tenaga pengajar yang ada 33 ustadz/ustadzah.
Menurut Lisa Halaby dengan 570 santri saat ini bukan lagi jumlah ideal 33 ustadz/ustadzah untuk mengajar,bahkan menurut Lisa, ada beberapa ustadz/ustadzah yang harus mengajar di dua kelas.
“Waktu belajar di TPQ Halaby dibagi dua sesi. Sesi pertama pukul dua tiga puluh, dan sesi kedua bakda Ashar. Dan ada beberapa ustadz/utadzah yang usai mengajar di sesi pertama, juga mengajar di sesi dua,” kata Lisa Halaby.
sembari menyebut TPQ Halaby telah dua kali melaksanakan wisuda santri.
Meski awalnya TPQ Halaby diperuntukkan sebagai wadah belajar Al-Qur’an untuk anak-anak dari kalangan keluarga kurang mampu, namun tak sedikit pula orangtua dari keluarga berada yang datang dan ingin menyekolahkan anaknya.
Tak serta merta juga dapat ditolak, karena niatnya memang untuk belajar Al-Qur’an. Menyiasati itu, Lisa menyebut ada biaya yang dikenakan untuk menebus seragam. “Itu saja yang membedakan. Karena untuk SPP semuanya gratis,” kata Lisa Halaby